Sabtu, 28 Januari 2012


MASALAH-MASALAH BELAJAR DAN CARA MENANGGULANGINYA
BAB I
PENDAHULUAN
            Pada bagian terdahulu kita telah banyak berdiskusi tentang berbagai dimensi yang perlu mendapat perhatian guru dan siswa untuk mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran. Dari kajian yang telah kita lakukan, kita juga memahami bahwa keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya, apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, stategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di kelas.

            Agar aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih terarah, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang seringkali atau pada umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan lebih baik bilamana guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan pemahaman itu pula guru dapat menemukan solusi tindakan yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses pembelajaran proses pembelajaran. Memahami pentingnya hal ini, maka pada bagian ini anda akan diajak untuk mengkaji secara kritis dan lebih dalam masalah-masalah belajar. Agar memperoleh pemahaman yang baik, maka disamping mengikuti pembahasan melalui tatap muka dikelas, anda juga diharapkan dapat lebih mendalaminya melalui aktivitas diskusi sesama teman, atau mengkaji sendiri. Setelah mempelajari bab ini, berdiskusi dengan rekan-rekan anda serta mengerjakan tugas-tugas latiahan yang disediakan, diharapkan anda memiliki kompetensi :
1.     Menjelaskan konsep masalah-masalah internal belajar
2.     Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar
3.     Menjelaskan masalah-masalah eksternal belajar
4.     Menguraikan jenis-jenis kesulitan belajar
5.     Mengatasi kesulitan belajar siswa
            Untuk mendukung tercapainya kompetensi tersebut,berikut ini diuraikan beberapa sub materi terkait dengan beberapa indicator kompetensi yang akan dicapai. Oleh karena itu diharapkan anda dpat berperan aktif mengkaji paparan berikut ini.

BAB II
URAIAN POKOK MATERI

            Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
            Menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
            Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
            Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
            Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 
            Secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar. Dari bebagai pendapat dan hasil penelitian kita mendapat kejelasan bahwa masalah-maslah belajar baik internal maupun eksternal dapat bersumber atau dalam dinamikanya dapat dikaji dari dimensi guru maupun dari dimensi siswa. Demikian pula dilihat dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
            Dari dimensi siswa,masalah-masalah belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan belajar,selama berlangsungnya proses belajar dan sesudah proses belajar. Sebelum proses belajar,masalah belajar dapat berhubungan minat, kecakapan maupun pengalaman-pengalaman siswa. Selama proses belajar, masalah belajar sering kali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motifasi,konsentrasi,kemampuan pengolahan pesan pembelajaran,kemampuan menyimpan pesan,kemampuan menggali kembali pesan yang telah tersimpan,serta unjuk hasil belajar. Sesudah belajar,masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
            Dari dimensi guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan pada akhir proses evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar sering kali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.
            Secara spesifik masalah yang bersumber dari faktor internal berkaitan dengan :
1. karakteristik siswa
2. sikap terhadap belajar
3. Motivasi belajar
4. Konsentrasi belajar
5. Kemampuan mengolah bahan belajar
6. Kemampuan menggali hasil belajar
7. Rasa percaya diri
8. Kebiasaan belajar
            Sedangkan dan faktor eksternal, masalah belajar dipengaruhi oleh,
a.       faktor guru
b.      Lingkungan sosial, terutama termasuk teman sebaya
c.       kurikulum sekolah
d.      Sarana dan prasarana
            Untuk mengatasi masalah belajar, guru perlu mengadakan pendekatan pribadi disamping pendekatan intruksional dalam berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal dan memahami siswa serta masalah belajar.
            Karena keberhasilan belajar merupakan muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, maka setiap guru harus berupaya secara optimal memahami bebagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan didalam proses belajar dan pembelajaran demikian pula berupaya secara terus menerus mengkaji dan mencoba berbagai bentuk pendekatan dan teknik-teknik inovatif guna mengatasi keadaan yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar tersebut.
            Dalam memahami masalah belajar guru hendaknya memiliki pandangan bahwa munculnya masalah belajar bukan karena kelemahan guru semata-mata, akan tetapi menjadi salah satu pertanda bahwa kegiatan belajar merupakan aktifitas yang dinamis, sehingga masalah-masalah tersebut dapat muncul dari berbagai dimensi, baik dilihat dari sumber, waktu maupun peristiwa. Karena itu pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul ketika proses belajar berlangsung yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan belajar.
            Untuk memahami masalah kesulitan belajar pada siswa, sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan tehnik teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk memahami karakter siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan dari sejumlah hasil riset menunjukkan bahwa keberagaman factor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari. (Killen, 1998:5). Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan factor yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan oleh seorang guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan serta berbagai karakteristik lain yang terdapat pada siswa, dan akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
            Upaya-upaya mengenal dan memahami siswa merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, karena kebutuhan siswa bersifat tidak menetap, akan tetapi mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan tahap perkembangannya. Dalam pandangan Deporter dan Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.         Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengarbpenjelasan
2.         Orang-orang yang auditorial, yang ditandai dengan suka berbicara sendiri, lebih suka berbicara daripada menulis.
3.         Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk diam.
            Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ditetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi professional, kompotensi social dan kompetensi kepribadian. Direktorat jenderal pendidikan dan tenaga kependidikan (2006) menjabarkan kompetensi pedagogis dalam subkompetensi dan indicator esensial sebagai berikut:
a.          Memahami peserta didik
b.         Merancang pembelajaran
c.          Melaksanakan pembelajaran
d.         Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
e.          Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.  






BAB III
PEMBAHASAN
Dari dimensi siswa ternyata banyak masalah-masalah yang menghambat proses belajar pembelajaran. Masalah yang berasal dari siswa tersebut disebut juga dengan masalah internal belajar.

1.      Masalah-Masalah Internal Belajar
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1.  Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

2.  Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang gurumampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu.
Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.

3.  Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

4.  Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

5.  Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.

6.  Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.

7.  Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.


8.  Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.

9.  Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang keterampilan.

10.  Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat, bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
Misunita (2008) mengemukakan bahwa kesukaran belajar dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan-tahapan dalam pengolahan informasi, yaitu :
1.      input; kesukaran belajar dalam hal ini berkaitan dengan masalah penerimaan informasi melalui alat indera, misalnya persepsi visual dan auditory. Kesukaran dalam visual ini dapat menyebabkan masalah dalam mengenali bentuk, posisi, atau ukuran objek yang dilihat.
2.      Integration; kesukaran tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan.
3.      Storage; kesukaran tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan
4.      Output ; informasi yang diperoleh akan diproses di otak dalam bentuk respon melalui kata-kata.

11.  Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.

2. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor eksternal yang berpengaruh pada aktifias belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

1.  Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri,pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
Dalam ruang lingkupnya, guru dituntut untuk memiliki sejumlah keterampilan-keterampilan terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakan. Bila disimpulkan dari pendapat, maka kita dapat menemukan beberapa factor hyang menyebabkan semakin tingginya tuntutan terhadap keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru. Faktor-faktornya sebagai berikut :
1.      karena cepatnya perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi. Implikasi bagi guru ialah dimana guru harus memiliki keterampilan-keterampilan yang cukup untuk memilih topic dalam pembelajaran.
2.      Terjadinya perubahan pandangan didalam masyarakat yang implikasi pada upaya-upaya  pengembangan pendekatan pada siswa.
3.      Perkembangan teknologi yang baru yang mampu menyajikan informasi yang lebih cepat dan menarik. Dalam hal ini guru harus memiliki gaya mengajar yang tepat dalam menyampaikan pembelajaran.

2.  Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah, ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.

3.  Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapat dikatakanproses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.

4.  Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.

5.  Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.

3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan ( manifestasi ). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya (penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1.      Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri) antara lain:
a.       Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
b.      Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
c.       Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
d.      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

2.      Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari:
a.       Sekolah, antara lain: sifat kurikulum yang kurang fleksible, terlalu berat beban belajar (murid) atau mengajar (guru), metode mengajar yang kurang memadai, kurangnya alat dan sumber kegiatan belajar
b.      Keluarga (rumah), antara lain : Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis,
 Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dan Keadaan ekonomi yang kurang baik.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.


4.      Mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
1.      Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas ( mastery learning ) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu presentasi minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran.
Murid yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan memerlukan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2.      Tes Kemampuan Dasar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemampuan ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku.
Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (I Q) antara 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar. ( menurut Gagne 1967 ).
3.      Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
Sebagian dari sikap kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “skala sikap dan kebiasaan belajar”. Alat ini akan dapat mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.

5.      Mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa
a. identifikasi
Ialah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1.      data dokumen hasil belajar siswa
2.      menganalisis absensi siswa di dalam kelas
3.      mengadakan wawancara dengan siswa
4.      menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar
5.      tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar
b. diagnosis
Ialah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan tentang belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
c. prognosis
Ialah merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yangdiharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
d. terapi atau pemberian bantuan
Ialah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah tersusun pada tahap prognosis, misalnya memberi bimbingan belajar kelompok.
6.      Penanggulangan Masalah Pembelajaran
Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan pendidikan ialah:

1.  Gaya Belajar
Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar baru yang lebih menarik. Gaya belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.

a. Somatis
Somatic bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis dapat disebut sebagai balajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pada saat ini otak merupakan organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan kegiatan yang sangat keliru.
Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai “Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat. Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses pembelajaran.
Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu tidak bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi gaya belajar anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya.
Mungkin dalam beberapa kasus, sistem pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan menggangu jalannya pembelajaran.

b.      Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area penting dalam otak kita akan menjadi aktif.
Semua pembelajaran yang memiliki kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan suara dari dialog, membaca dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.

c.       Visual
Ketajaman visual merupakan hal yang sangat menonjol bagi sebagian peserta didik. Alasannya adalah bahwa dalam otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
Setiap orang yang cenderung menggunakan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara visual akan menjadi lebih baik jiak dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.
Peserta didik yang belajar secara visual ini, akan lebih baik jika mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya dengan kreasi mereka sendiri.

2.  Gaya Mengajar
Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya. Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting. Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.
Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%. Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan tanggung jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai permasalahan, yaitu masalah mengerti dan tidak mengerti. Jika peserta didik tidak mengerti dengan apa yang disampaikan pendidik, maka tanggung jawab seorang pendidiklah untuk membuat mereka menjadi lebih mengerti.
Jika dulu pendidik dipandang sebagai sumber informasi utama, maka pada saat sekarang ini pandangan seperti itu perlu disingkirkan. Sumber-sumber informasi pada abad ini telah menimbulkan kelebihan informasi bagi setiap manusia di muka bumi ini. Informasi yang tersedia jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan peninjauan kembali terhadap gaya belajar masa kini.
Oleh karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator.
Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Peran guru sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran. Karena sebagai fasilitator, maka posisi peserta didik dan pendidik adalah sama.
Sedangkan peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing yang membantu, mangarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal. Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses peningkatan mutu, kualitas, efektifitas dan efisiensi pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Terdapat 2 faktor masalah dalam pembelajaran, yaitu:
a.       Faktor  internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
b.      Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.

Adapun solusi yang diberikan dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu :
a)      Melakukan pendekatan terhadap siswa
b)      Gaya mengajar
c)      Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas.
d)     Melakukan konsultasi secara privat.



2.      Saran
Agar proses belajar mengajar siswa dapat berlangsung secara optimal, diperlukan pendekatan yang lebih intensif dari guru. Sehingga siswa dapat terus terpantau bagaimana perkembangannya dalam proses pembelajaran.







DAFTAR PUSTAKA
Mujiono.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud
Faturrahman. 2011. http://fatuhurrahman.blogspot.com/2011/03/kumpulan-fileku.html. diakses tanggal 23 Maret 2011
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar