Minggu, 29 Januari 2012

8 keterampilan mengajar


8 (Delapan) Keterampilan Dasar Mengajar (KDM)

Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat, (Sydney Micro Skills, 1973) (Harjati, 2008).
Keterampilan mengajar guru adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik (Alby, 2011).

Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut (Sutiyono, 2010).
Ciri-ciri :
-          Jelas dan singkat.
-          Pemberian acuan (Structuring)
-          Pemusatan (Focusing)
-          Berikan waktu yang cukup.
-          Informasi yang lengkap.

Contoh :
Kita telah mengetahui bahwa erosi tanah dapat disebabkan oleh air. Terutama bila tidak ada/sedikit tranaman yang tumbuh di permukaan tanah itu. Coba jelaskan permukaan tanah yang mudah menyebabkan erosi tanah oleh air.

Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian (Sutiyono, 2010).
Ciri-ciri :
-          Memperhatikan siapa sasarannya.
-          Penguatan diberikan dengan hangat dan penuh semangat.
-          Harus bermakna bagi siswa.

Contoh :
Guru menggunakan kata “bagus” bila ada murid yang menjawab pertanyaan dengan baik.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan (Sutiuyono, 2010).
Ciri-ciri :
-          Relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
-          Sesuai dengan materi dan latar belakang social budaya serta kemampuan siswa.
-          Berlangsung secara berkesinambungan.
-          Dilakukan secara wajar dan terencana.

Contoh :
Seorang Guru diawal mata pelajaran menggunakan metode ceramah kemudian diselingi dengan metode tanya jawab mau tak mau siswa akan mempunyai keseriusan dalam memperhatikan pelajaran (Alby, 2011).

Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan (Sutiyono, 2010). Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan (Alby, 2011).
Ciri-ciri :
Merencanakan:
1) Isi pesan (materi)
2) Penerima pesan (siswa)
b. Menyajikan suatu penjelasan
1) Kejelasan
2) Penggunaan contoh dan ilustrasi
3) Pemberian tekanan
4) Balikan (Harjati 2008)

Contoh :
Menjelaskan bagian-bagian rumah dengan menggunakan media bunga asli.

Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis (Sutiyono, 2010).
Cirri-ciri :
 Komponen Membuka
1) Menarik perhatian siswa
2) Menimbulkan motivasi
3) Memberikan acuan
4) Membuat kaitan
b. Komponen Menutup
1) Meninjau kembali
2) Mengevaluasi (Harjati, 2008)

Contoh :
Contoh membuka pelajaran; Guru: Nah anak- anak ! pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pelajaran baru tentang “Shalat” tetapi sebelum memulai pelajaran maka coba perhatikan gambar ini? Ya. Kamu Una! Dan seterusnya. Sedangkan menutup pelajaran biasanya Guru merangkum materi pelajaran atau membuat garis besar dari mata pelajaran yang diajarkan sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang isi pelajaran. Biasa juga Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang isi materi pelajaran atau memberi tugas rumah kepada siswa (Alby, 2011).

Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati aktivitas siswa dalam diskusi (Sutiyono, 2010).
Ciri-ciri :
 Memusatkan perhatian
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat
3) Menganalisa pandangan siswa
4) Meningkatkan urunan siswa
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6) Menutup diskusi (Harjati, 2008)

Contoh :
Membimbing dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok.

Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal (Sutiyono, 2010).
Cirri-ciri :
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal Meliputi:
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Membagi perhatian
3) Memusatkan perhatian kelompok
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
5) Menegur
6) Memberi penguatan
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal meliputi:
1) Modifikasi tingkah laku
2) Pengelolaan kelompok
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah (Harjati, 2008).

Contoh :
Penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif (Alby, 2011).

Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar (Sutiyono, 2010).
Ciri-ciri :
 Keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi
2) Keterampilan Mengorganisasikan
3) Keterampilan Membimbing dan memudahkan belajar siswa
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Alby, 2011).

Contoh :
Membimbing siswa dalam mempersiapkan diri mengikuti lomba.

Sumber :
Alby, Badarudi. 2011. Keterampilan Dasar Mengajar. http://www.ayahalby.wordpress.com. Diakses, Jumat, 23 September 2011.
Harjati, Purwiro. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar. http://www.purjatifis.blogspot.com/2008/03/keterampilan-dasar-mengajar.html. Diakses, Jumat, 23 September 2011.
Sutiyono. 2010. 8 Keterampilan Dasar Mengajar. http://islamia.sch.id. Diakses, Rabu, 21 September 2011.

Sabtu, 28 Januari 2012

hai teman-teman,, posting ini dibuat oleh kakakQ Afrida Yanti, buat teman2 yang membutuhkannya mga bermanfaat ya..




A.    Judul
Potensi Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA Negeri 7 Pontianak

B.     Latar Belakang
Berdasarkan salah satu prinsip pengembangan KTSP menyatakan bahwa pembelajaran berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Merujuk pada prinsip tersebut, maka potensi peserta didik dalam pembelajaran matematika merupakan dasar atau acuan bagi guru untuk merancang kegiatan pembelajaran. Dengan megetahui potensi peserta didik yang akan diajar, guru dapat menentukan model, metode, strategi maupun pendekatan yang tepat. Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa dalam merancang pembelajaran tidak disesuaikan dengan potensi siswa yang akan diajar. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut pandangan konstruktivisme bahwa pada hakikatnya anak itu aktif membangun pengetahuan (Gasong, 2008). Karena pandangan ini, maka dapat diduga bahwa mereka sebenarnya memiliki potensi dalam bermatematika. Persoalannya adalah potensi itu cenderung belum digali oleh guru sebagai suatu kekuatan untuk menopang keberhasilan pembelajaran matematika.
           Dalam pembelajaran matematika, komunikasi matematis merupakan komponen yang sangat penting. Komunikasi merupakan refleksi pemahaman matematik. Selain itu komunikasi matematis adalah proses untuk memberi dan menyampaikan arti dalam usaha untuk menciptakan pemahaman bersama. Oleh karena itu, potensi komunikasi matematis perlu digali dan dikembangkan. Sebagaimana dikatakan Pressini dan Basett (Weti, Ida. Komunikasi Matematika. http://idaweti.blogspot.com/2010/05/komunikasi-matematika.html.) bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data matematika.
Dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel termuat komunikasi matematis di dalamnya. Komunikasi matematis itu ditunjukkan dengan sajian soal dalam bentuk grafik, tabel maupun soal–soal kontekstual. Siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan  dari sajian soal dalam bentuk grafik, tabel maupun soal–soal kontekstual tersebut. Namun kenyataannya di lapangan, harapan tersebut belum tercapai. Hal ini ditunjukkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tiga orang siswa SMA menunjukkan bahwa komunikasi matematisnya masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
NO
Sajian Soal

Perintah Soal

Hasil Jawaban Siswa
1
Soal Bentuk Grafik
·       Ceritakanlah dengan kalimat yang jelas untuk menentukan persamaan gari g dan garis l dari grafik
I.         Tidak menjawab soal
II.       Tidak menjawab soal
III.   Tidak menjawab soal
2
Soal Bentuk Tabel
·       Tentukanlah harga minyak goreng dan beras per kg berdasarkan tabel dan ilustrasi cerita yang ada serta tunjukkan langkah - langkahnya
I.         Identifikasi dan penafsiran benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
II.      Identifikasi dan penafsiran benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
III.   Identifikasi dan penafsiran benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
3
Soal Kontekstual
·       Membuat model matematika
·      Menentukan harga satuan dari pulpen dan buku tulis
·      Menentukan harga 2 buah pulpen dan 6 buah buku tulis
I.         Dapat membuat model matematikanya, dapat menentukan harga satuan pulpen dan buku tulis namun tidak menggunakan langkah – langkah penyelesaian.
II.      Hanya dapat membuat model matematika
III.   Hanya dapat membuat model matematika

Keterangan :    I  : Siswa kelas X SMA
                        II : Siswa kelas XI SMA
                        III: Siswa kelas XI SMA
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa dalam mengkomunikasikan atau mentranslasi dari sajian soal bentuk grafik sangatlah rendah. Terlihat tidak ada satupun siswa yang dapat menjawab soal tersebut. Kemudian  pada sajian soal dalam bentuk tabel atau soal – soal kontekstual komunikasi matematis ketiga siswa tersebut belumlah optimal. Oleh karena itu perlunya untuk mengungkap potensi siswa dalam komunikasi matematis. Diharapkan dengan mengungkap potensi dalam komunikasi matematis memberikan sumbangsih pada guru untuk merencanakan pembelajaran matematika yang dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didiknya.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 7 Pontianak ?”
Adapun sub – sub masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi grafik yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?
2.      Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi tabel yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?
3.      Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi soal kontekstual yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?

D.    Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 7 Pontianak. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah :
1.      Untuk mengetahui potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi grafik yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA.
2.      Untuk mengetahui potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi tabel yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA.
3.      Untuk mengetahui potensi komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi soal kontekstual yang terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1.      Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi dunia pendidikan, membantu guru mengungkap potensi komunikasi matematis dalam menyelesaikan soal.
2.      Manfaat Praktis
a)      Dengan mengungkap potensi komunikasi matematis siswa dapat dijadikan dasar atau acuan bagi guru untuk merancang kegiatan pembelajaran.
b)      Bagi siswa : dapat mengembangkan potensi komunikasi matematis dalam menyelesaikan soal.

F.     Definisi Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan isi, penulis merasa perlu memberikan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1.      Potensi
            Potensi adalah kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang masih menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut (Slamet Wiyono, 2006).

Adapun potensi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang belum tergali dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk representasi grafik, tabel maupun soal kontekstual.
2.      Komunikasi Matematis
      Komunikasi matematis adalah kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, tabel atau grafik(dalamhttp://skripsitesismakalah.blogspot.com/2010/01/meningkatkan-hasil-belajar-dan.html).
Adapun komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara tertulis dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA dalam representasi grafik, tabel dan soal  kontekstual.
3.      Representasi
Representasi merupakan salah satu aspek komunikasi matematis. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide ; translasi suatu diagaram atau model fisik ke dalam simbol atau kata–kata (dalam http://idaweti.blogspot.com/2010/05/komunikasimatematika.html).
Adapun yang dimaksud dengan representasi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mentranslasi ide dari grafik,tabel dan soal kontekstual terkait materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA secara tertulis.
4.      Grafik
Definisi grafik dalam kamus matematika adalah gambaran yang menyatakan hubungan fungsi, misalnya grafik persamaan dengan dua peubah dalam bidang merupakan lengkungan (kurva) yang memuat titik – titik dengan koordinat yang memenuhi persamaan yang diberikan itu, dan hanya memuat titik tersebut saja.
Adapun yang dimaksud dengan representasi grafik pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menterjemahkan atau menjelaskan konsep atau ide yang terdapat pada grafik terkait materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA.
5.      Tabel
Tabel dalam kamus matematika adalah suatu susunan bilangan atau huruf – huruf yang terurut, biasanya dalam baris-baris dan kolom – kolom.
Adapun yang dimaksud dengan representasi tabel pada penelitian ini adalah kemampuan siswa menjelaskan ide atau gagasan yang tedapat pada tabel yang diberikan terkait materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA.
6.      Soal Kontekstual
Kontekstual jika diambil daripada ayat asalnya dalam Bahasa Inggeris (asal bahasa Latin con = with + textum = woven) bermaksud mengikut konteks atau dalam konteks. Konteks pula membawa maksud keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum, kontekstual membawa pengertian:
                                                        i.            Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikut konteks.
                                                      ii.            Yang membawa maksud, makna dan kepentingan (meaningful).
Oleh itu, kaedah kontekstual yaitu kaedah yang dibentuk berasaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya mampu membawa pelajar ke dalam pembelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam kehidupan seharian mereka.


Adapun yang dimaksud dalam soal kontekstual dalam penelitian ini adalah soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA.
7.      Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan linear yang terdiri dari dua persamaan linear di mana variabel persamaan yang satu ada keterkaitan dengan variabel persamaan lain.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dengan dua peubah x dan y adalah :
dengan  adalah bilangan – bilangan real.

G.    Kajian Teori
1.    Potensi
Potensi adalah kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang masih menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut (Slamet Wiyono, 2006). Ebbutt dan Straker (dalam Marsigit, 2003), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa dapat berkembang dan mempelajari secara optimal, asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah, guru perlu :
1)Menyediakan kegiatan yang menyenangkan.
2)Memperhatikan keinginan siswa.
3)Membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa.
4)Menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar.
5)Memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
6)Memberikan kegiatan yang menantang.
7)memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan.
8)Menghargai setiap pencapaian siswa.

b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah guru perlu :
1)Mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya.
2)Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
3)Membangun pengetahuan dan keterampilan siswa.
4)Membuat catatan kemajuan siswa ( assessment ).

c. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi dari pandangan ini, guru perlu :
1)   Memberikan kesempatan untuk belajar kelompok untuk melatih kerja sama.
2)   Memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan.
3)   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri.

4)   Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang   akan dilakukan.
5)Menjelaskan bagaiman cara mempelajari matematika.

d. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Implikasi dari pandangan ini adalah, guru perlu :
1)Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga.
2)   Memberi kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan.
3)   Memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan.
4)   Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun di rumah.
5)   Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika.
6)Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.

Dari paparan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa potensi siswa akan berkembang secara optimal jika guru mengetahui karakteristik peserta didiknya. Hal ini akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran secara maksimal. Potensi yang akan digali dalam penelitian ini adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk representasi grafik, tabel maupun soal kontekstual.

2.         Komunikasi Matematis
Komunikasi matematis adalah kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, tabel atau grafik (dalamhttp://skripsitesismakalah.blogspot.com/2010/01/meningkatkan-hasil-belajar-dan.html). Indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi menurut Utari Sumarmo (2006) adalah sebagai berikut :
a.       Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
b.      Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
c.       Menyatakan peristiwa sehari – hari dalam bahasa atau simbol matematika
d.      Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
e.       Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan
f.       Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi
Dalam penelitian ini potensi komunikasi matematis yang akan diungkap yaitu pada aspek representasinya. Representasi merupakan salah satu aspek komunikasi matematis. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide ; translasi suatu diagaram atau model fisik ke dalam simbol atau kata – kata (dalam http://idaweti.blogspot.com/2010/05/komunikasi-matematika.html). Selain itu Ansari mengatakan bahwa representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan masalah.
Bansu Irianto Ansari menelaah kemampuan komunikasi matematika dari aspek komunikasi tulisan (writing). Komunikasi tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah. Kemampuan ini diungkap melalui representasi matematika.
Representasi matematika siswa diklasifikasikan dalam tiga kategori: (a) pemunculan model konseptual, seperti gambar, diagram,tabel dan grafik (aspek drawing); (b) membentuk model matematika (aspek mathematical expression); dan (c) argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal (aspek written texts).


Berkaitan dengan kategori representasi dalam penelitian ini adalah :
a.    Argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap grafik.
Definisi grafik dalam kamus matematika adalah gambaran yang menyatakan hubungan fungsi, misalnya grafik persamaan dengan dua peubah dalam bidang merupakan lengkungan (kurva) yang memuat titik – titik dengan koordinat yang memenuhi persamaan yang diberikan itu, dan hanya memuat titik tersebut saja. Terkait dengan representasi grafik pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menterjemahkan atau menjelaskan konsep atau ide yang terdapat pada grafik. Berikut contoh representasi grafik di bawah ini :
1

1
2
2
-1
-1
-2
-2
-3
x
y
â„“
g

Berdasarkan grafik di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a)      Tentukan persamaan garis g
b)      Tentukan persamaan garis â„“
b.      Membentuk model matematika (aspek mathematical expression) dan argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap tabel.
Tabel dalam kamus matematika adalah suatu susunan bilangan atau huruf – huruf yang terurut, biasanya dalam baris – baris dan kolom – kolom. Sehubungan dengan representasi tabel pada penelitian ini adalah kemampuan siswa menjelaskan ide atau gagasan yang tedapat pada tabel yang diberikan. Berikut contoh representasi tabel di bawah ini :


Buku Tulis
Pensil
Jumlah Pembayaran (Rp)
Joko
5
2
2.700
Devi
3
4
2.600
Harga per buah
...
...
...

Berdasarkan informasi atau data pada tabel, siswa diharapkan mampu menceritakan maksud dari tabel.

c.       Pemunculan model konseptual yaitu grafik pada (aspek drawing), membentuk model matematika (aspek mathematical expression) dan argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap konsep – konsep formal (aspek written texts).
Adapun yang dimaksud dalam soal kontekstual dalam penelitian ini adalah soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA. Berikut contoh representasi soal kontekstual :
Dina berbelanja di toko buku, ia membeli 2 buah buku tulis dan 1 buah pulpen. Untuk itu Dina harus membayar sejumlah Rp 5000,00. Di toko buku yang sama Eni membeli 1 buah buku tulis dan 3 buah pulpen seharga Rp 5000,00.
a)      Buat model matematikanya
b)      Tentukan harga satuan dari buku tulis dan pulpen
c)      Gambarkan dalam bentuk grafik masalah di atas


3.         Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan linear yang terdiri dari dua persamaan linear di mana variabel persamaan yang satu ada keterkaitan dengan variabel persamaan lain.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dengan dua peubah x dan y adalah :
dengan  adalah bilangan – bilangan real.
Pasangan disebut penyelesaian sistem persamaan linear itu dan  disebut himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dengan dua variabel.
Himpunan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear dengan dua peubah dapat ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan :
                                i.            Metode grafik
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan grafik dilakukan dengan memebaca (menaksir) titik potong kedua garis pada bidangcartesius (jika memiliki titik potong). Adapun cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara grafik dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a.       Gambarlah garis dari masing – masing persamaan pada sebuah bidang cartesius.
b.      Jika kedua garis tersebut berpotongan pada sebuah titik, maka himpunan penyelesaiannya tepat memiliki sebuah anggota. Jika kedua garis sejajar maka himpunan penyelesaiannya adalah kosong. Jika kedua garis berimpit maka himpunan penyelesaiannya memilki anggota yang tak hingga banyaknya. Contoh penyelesaian dengan menggunakan grafik adalah sebagai berikut :
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini :
Jawab :
Menggambar himpuanan penyelesaian kedua persamaan :
Gambar garis
Menentukan titik potong garis dengan sumbu x dan sumbu y.
Untuk x = 0  0 + y = 5
                           y = 5
Untuk y = 0  x + 0 = 5
                           x = 5
Jadi, garis  melalui titik (0,5) dan titik (5,0).



Gambar garis
Menentukan titik potong garis dengan sumbu x dan sumbu y.
Untuk x = 0  0 - y  = 1
                        -  y = 1
                           y = -1
Untuk y = 0  x - 0  = 1
                           x = 1
Jadi, garis  melalui titik (0,-1) dan titik (1,0).






4

2
-1
-1
-3
O
x
1
2
3
4
y
Titik potong (3,2)
Membaca (menaksir) titik potong kedua garis.

5



















3


















1














5














-2






































Membaca (menaksir) titik potong kedua garis dilakukan dengan menarik garis potongnya ke sumbu x dan sumbu y, yaitu dengan cara :
·         Tarik garis vertikal, ternyata garis ini berpotongan dengan sumbu x, di x = 3
·         Tarik garis horizontal, ternyata garis ini berpotongan dengan sumbu y, di y = 2.
·         Jadi, titiknya terletak pada koordinat (3,2) dan himpunan penyelesaian adalah .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa x = 3 dan y = 2
                              ii.            Metode Eliminasi
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara eliminasi berarti menyelesaikan sistem persamaan engan cara menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel persamaan dengan terlebih dahulu menyamakan koefisien salah satu variabel tersebut (bila belum sama) dan selanjutnya melakukan penjumlahan atau pengurangan agar variabel yang akan dihilangkan bernilai nol. Contoh penyelesaian dengan cara eliminasi adalah sebagai berikut :
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini :
Jawab :
Ø  Mengeliminasi variabel x
                                            
                                                              
Ø  Mengeliminasi variabel y
 
    
 
Jadi,

                            iii.            Metode Subsitusi
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara subsitusi berarti menyelesaikan persamaan tersebut dengan mengganti suatu variabel oleh variabel yang lain.
Contoh penyelesaian dengan cara subsitusi adalah sebagai berikut :
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan :
                         
                          Jawab :

·          ...................(1)
 
 
 
 

·         Subsitusikan variabel  ke persamaan (2) sehingga :
   
 
 
 
 
 
·         Subsitusikan variabel y ke persamaan (3) sehingga :
 
 
Jadi,
Cara – cara di atas merupakan beberapa cara – cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di sekolah.
H.    Metode Penelitian
                  Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Namawi (2007:67), “metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitiann (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pada pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu cara pemecahan masalah dalam suatu penelitian berdasarkan pada kenyataan dan kondisi aktual sebagaimana adanya yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
1.      Bentuk Penelitian
Dalam penelitian terdapat bermacam – macam bentuk penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, sedangkan bentuk penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau meghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan mengungkap potensi komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 7 Pontianak. Maka bentuk penelitiannya adalah deskriptif dan datanya dianalisis secara kualitatif.

2.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Pontianak tahun ajaran 2010/2011 yang telah mempelajari materIi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

3.      Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah :
a.       Melakukan studi pendahuluan
b.      Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi – kisi soal, soal test yang berupa tes essai dan kunci jawaban.
c.       Mengelompokkan soal yang memuat komunikasi matematis dalam bentuk representasi grafik, tabel dan soal kontekstual
d.      Melaksanakan tes
e.       Mengidentifikasi jawaban tes dan analisis data.
f.       Menyimpulkan hasil analisis

4.      Teknik dan Alat Pengumpul Data
a.      Teknik Pengumpul Data
Adapun teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu (Nawawi, 2007: 133). Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal matematika yang berkaitan dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMA.

b.      Alat Pengumpul data
Tes
a)     Penulisan butir soal
Penyusunan soal tes dilakukan dengan mengkaji kurikulum. Soal yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah soal tes berbentuk essai. Tes essai adalah tes yang menghendaki testee (peserta tes) memberikan jawaban dalam bentuk atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri (Nawawi, 2005:126). Diberikannya tes berupa essai karena diharapkan siswa dapat berpikir kreatif dalam pekerjaannya.
b)    Validasi soal
Dalam penelitian ini, validitas tes yang diuji adalah validitas isi (content validity). Menurut Arikunto (1987: 67) sebuah tes dikatakan memliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa soal memiliki validitas isi yang baik apabila dibuat berdasarkan tujuan pembelajaran dan materinya mencakup apa yang telah diajarkan, hal ini menjelaskan bahwa tes itu valid menurut kurikulum (Ruseffendi, 1994: 48). Untuk keperluan penilaian validitas isi, kepada para penilai diberi seperangkat instrument dan tabel spesifikasi. Selanjutnya para penilai diminta untuk menyatakan penilaian validasi tiap butir soal beserta komentar dan saran.
c)     Uji coba
Setelah soal tes divalidasi, kemudian diujicobakan kepada siswa yang mempunyai kemampuan setara dengan siswa di sekolah tempat penelitian.
5.      Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dengan alat pengumpul data, maka data tersebut akan diolah dan dianalisis. Selanjutnya dari data tersebut akan diidentifikasi bagian – bagian sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
Menurut Miles dan Huberman diterapkan teknik analisis data melalui tiga alur, yaitu :
1.        Reduksi Data
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan mengelompokkan hasil jawaban pada representasi grafik, tabel dan soal kontekstual dalam tabel.
2.        Penyajian data
Penyajian data yaitu mendeskripsikan data sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Dalam penelitian ini data hasil tes kemampuan komunikasi matematis disajikan dalam bentuk tabel.
3.        Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan yaitu proses penyimpulan dari data yang telah dihasilkan sehingga diperoleh pernyataan mengenai dampak aktivitas perlakuan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk mencari jawaban akhir dari data yang disajikan. Kesimpulan mengarah pada pengambilan keputusan dari masalah yang diketahui.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bina Aksara
Gasong, Dina. 2008. MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK SEBAGAI ALTERNATIVE MENGATASI MASALAH PEMBELAJARAN. Artikel: http://www.muhfida.com/KONSTRUKTIVISTIK.doc
Hollands, Roy. 1983. Kamus Matematika. Jakarta : Erlangga
http://www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm
Marsigit. 2003. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di SMK. FMIPA Universitas Yogyakarta
Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gajah Mada University Press
Siswanto. 2005. Matematika Inovatif 1. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumarmo, Utari. 2006. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah. FPMIPA UPI