hai teman-teman,, posting ini dibuat oleh kakakQ Afrida Yanti, buat teman2 yang membutuhkannya mga bermanfaat ya..
A. Judul
Potensi Komunikasi Matematis Siswa
Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA Negeri 7
Pontianak
B. Latar Belakang
Berdasarkan salah satu prinsip pengembangan KTSP
menyatakan bahwa pembelajaran berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Merujuk pada prinsip tersebut,
maka potensi peserta didik dalam pembelajaran matematika merupakan dasar atau
acuan bagi guru untuk merancang kegiatan pembelajaran. Dengan megetahui potensi
peserta didik yang akan diajar, guru dapat menentukan model, metode, strategi
maupun pendekatan yang tepat. Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa
dalam merancang pembelajaran tidak disesuaikan dengan potensi siswa yang akan
diajar. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut pandangan konstruktivisme bahwa pada
hakikatnya anak itu aktif membangun pengetahuan (Gasong, 2008). Karena pandangan ini, maka dapat diduga bahwa mereka
sebenarnya memiliki potensi dalam bermatematika. Persoalannya
adalah potensi itu cenderung belum digali oleh guru sebagai suatu kekuatan
untuk menopang keberhasilan pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika, komunikasi
matematis merupakan komponen yang sangat penting. Komunikasi merupakan refleksi
pemahaman matematik. Selain itu komunikasi matematis adalah proses untuk
memberi dan menyampaikan arti dalam usaha untuk menciptakan pemahaman bersama.
Oleh karena itu, potensi komunikasi matematis perlu digali dan dikembangkan.
Sebagaimana dikatakan Pressini dan Basett (Weti, Ida. Komunikasi Matematika. http://idaweti.blogspot.com/2010/05/komunikasi-matematika.html.)
bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan,
data matematika.
Dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua
variabel termuat komunikasi matematis di dalamnya. Komunikasi matematis itu
ditunjukkan dengan sajian soal dalam bentuk grafik, tabel maupun soal–soal kontekstual.
Siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan dari sajian soal dalam bentuk grafik, tabel
maupun soal–soal kontekstual tersebut. Namun kenyataannya di lapangan, harapan
tersebut belum tercapai. Hal ini ditunjukkan dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada tiga orang siswa SMA menunjukkan bahwa komunikasi matematisnya masih sangat
rendah. Hal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
NO
|
Sajian Soal
|
Perintah Soal
|
Hasil Jawaban Siswa
|
1
|
Soal
Bentuk Grafik
|
· Ceritakanlah
dengan kalimat yang jelas untuk menentukan persamaan gari g dan garis l dari
grafik
|
I.
Tidak menjawab soal
II. Tidak
menjawab soal
III. Tidak
menjawab soal
|
2
|
Soal
Bentuk Tabel
|
· Tentukanlah
harga minyak goreng dan beras per kg berdasarkan tabel dan ilustrasi cerita
yang ada serta tunjukkan langkah - langkahnya
|
I.
Identifikasi dan penafsiran
benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
II. Identifikasi
dan penafsiran benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
III. Identifikasi
dan penafsiran benar. Perhitungan benar, namun pemaparan tidak lengkap
|
3
|
Soal
Kontekstual
|
· Membuat
model matematika
· Menentukan
harga satuan dari pulpen dan buku tulis
· Menentukan
harga 2 buah pulpen dan 6 buah buku tulis
|
I.
Dapat membuat model
matematikanya, dapat menentukan harga satuan pulpen dan buku tulis namun tidak
menggunakan langkah – langkah penyelesaian.
II. Hanya
dapat membuat model matematika
III. Hanya
dapat membuat model matematika
|
Keterangan : I : Siswa kelas X SMA
II
: Siswa kelas XI SMA
III:
Siswa kelas XI SMA
Berdasarkan data di atas, menunjukkan
bahwa dalam mengkomunikasikan atau mentranslasi dari sajian soal bentuk grafik
sangatlah rendah. Terlihat tidak ada satupun siswa yang dapat menjawab soal
tersebut. Kemudian pada sajian soal
dalam bentuk tabel atau soal – soal kontekstual komunikasi matematis ketiga
siswa tersebut belumlah optimal. Oleh karena itu perlunya untuk mengungkap
potensi siswa dalam komunikasi matematis. Diharapkan dengan mengungkap potensi
dalam komunikasi matematis memberikan sumbangsih pada guru untuk merencanakan pembelajaran matematika yang dapat mengakomodasi
kebutuhan peserta didiknya.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah potensi komunikasi matematis siswa
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 7
Pontianak ?”
Adapun sub – sub masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimanakah potensi
komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi grafik yang terkait
pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?
2.
Bagaimanakah potensi
komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi tabel yang terkait
pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?
3.
Bagaimanakah potensi
komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi soal kontekstual yang
terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA ?
D.
Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Bagaimanakah potensi komunikasi
matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X
SMA Negeri 7 Pontianak. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah :
1.
Untuk mengetahui potensi komunikasi
matematis siswa jika dikaji dari representasi grafik yang terkait pada materi sistem
persamaan linear dua variabel kelas X SMA.
2.
Untuk mengetahui potensi
komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi tabel yang terkait
pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA.
3.
Untuk mengetahui potensi
komunikasi matematis siswa jika dikaji dari representasi soal kontekstual yang
terkait pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1.
Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi dunia pendidikan, membantu guru
mengungkap potensi komunikasi matematis dalam menyelesaikan soal.
2.
Manfaat Praktis
a)
Dengan mengungkap potensi
komunikasi matematis siswa dapat dijadikan dasar atau acuan bagi guru untuk
merancang kegiatan pembelajaran.
b)
Bagi siswa : dapat mengembangkan
potensi komunikasi matematis dalam menyelesaikan soal.
F.
Definisi Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan isi, penulis
merasa perlu memberikan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1.
Potensi
Potensi adalah
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang masih
menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu
tersebut (Slamet Wiyono, 2006).
Adapun potensi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan
dasar yang dimiliki oleh siswa yang belum tergali dalam menyelesaikan soal sistem
persamaan linear dua variabel dalam bentuk representasi grafik, tabel maupun
soal kontekstual.
2.
Komunikasi Matematis
Adapun komunikasi
matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menyatakan dan
menafsirkan gagasan matematika secara tertulis dalam menyelesaikan soal sistem
persamaan linear dua variabel kelas X SMA dalam representasi grafik, tabel dan
soal kontekstual.
3.
Representasi
Adapun yang
dimaksud dengan representasi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
mentranslasi ide dari grafik,tabel dan soal kontekstual terkait materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA secara tertulis.
4.
Grafik
Definisi
grafik dalam kamus matematika adalah gambaran yang menyatakan hubungan fungsi,
misalnya grafik persamaan dengan dua peubah dalam bidang merupakan lengkungan
(kurva) yang memuat titik – titik dengan koordinat yang memenuhi persamaan yang
diberikan itu, dan hanya memuat titik tersebut saja.
Adapun yang
dimaksud dengan representasi grafik pada penelitian ini adalah kemampuan siswa
dalam menterjemahkan atau menjelaskan konsep atau ide yang terdapat pada grafik
terkait materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA.
5.
Tabel
Tabel dalam
kamus matematika adalah suatu susunan bilangan atau huruf – huruf yang terurut,
biasanya dalam baris-baris dan kolom – kolom.
Adapun yang
dimaksud dengan representasi tabel pada penelitian ini adalah kemampuan siswa
menjelaskan ide atau gagasan yang tedapat pada tabel yang diberikan terkait
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA.
6.
Soal Kontekstual
Kontekstual
jika diambil daripada ayat asalnya dalam Bahasa Inggeris (asal bahasa Latin con
= with + textum = woven) bermaksud mengikut konteks atau dalam konteks.
Konteks pula membawa maksud keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum,
kontekstual membawa pengertian:
i.
Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan
langsung, mengikut konteks.
ii.
Yang membawa maksud, makna dan kepentingan (meaningful).
Oleh itu, kaedah kontekstual yaitu
kaedah yang dibentuk berasaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya
mampu membawa pelajar ke dalam pembelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau
relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam kehidupan seharian mereka.
Adapun yang dimaksud dalam soal kontekstual dalam penelitian
ini adalah soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA.
7.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan
linear yang terdiri dari dua persamaan linear di mana variabel persamaan yang
satu ada keterkaitan dengan variabel persamaan lain.
Bentuk
umum sistem persamaan linear dua variabel dengan dua peubah x dan y adalah :
dengan
adalah bilangan –
bilangan real.
G.
Kajian
Teori
1.
Potensi
Potensi adalah kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam
didalamnya yang masih menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata
dalam diri sesuatu tersebut (Slamet Wiyono, 2006). Ebbutt
dan Straker (dalam Marsigit, 2003), memberikan pandangannya bahwa agar potensi
siswa dapat berkembang dan mempelajari secara optimal, asumsi tentang
karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika adalah
sebagai berikut :
a. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah, guru
perlu :
1)Menyediakan
kegiatan yang menyenangkan.
2)Memperhatikan
keinginan siswa.
3)Membangun
pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa.
4)Menciptakan
suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar.
5)Memberikan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
6)Memberikan
kegiatan yang menantang.
7)memberikan
kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan.
8)Menghargai
setiap pencapaian siswa.
b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi dari pandangan ini terhadap
pembelajaran matematika adalah guru perlu :
1)Mengetahui
kelebihan dan kekurangan para siswanya.
2)Merencanakan
kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
3)Membangun
pengetahuan dan keterampilan siswa.
4)Membuat
catatan kemajuan siswa ( assessment ).
c. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi dari
pandangan ini, guru perlu :
1)
Memberikan kesempatan untuk belajar kelompok
untuk melatih kerja sama.
2)
Memberikan kesempatan belajar secara klasikal
untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan.
3)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan secara mandiri.
4)
Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan
tentang kegiatan yang akan dilakukan.
5)Menjelaskan
bagaiman cara mempelajari matematika.
d. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika. Implikasi dari pandangan ini adalah, guru perlu :
1)Menyediakan
dan menggunakan berbagai alat peraga.
2)
Memberi kesempatan belajar matematika di
berbagai tempat dan keadaan.
3)
Memberikan kesempatan menggunakan matematika
untuk berbagai keperluan.
4)
Mengembangkan sikap menggunakan matematika
sebagai alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun di rumah.
5)
Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam
pengembangan matematika.
6)Membantu
siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.
Dari paparan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa potensi siswa
akan berkembang secara optimal jika guru mengetahui karakteristik peserta
didiknya. Hal ini akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran secara
maksimal. Potensi yang akan digali dalam penelitian ini adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan
soal sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk representasi grafik,
tabel maupun soal kontekstual.
2.
Komunikasi
Matematis
a.
Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam ide matematika
b.
Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik, secara
lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
c.
Menyatakan peristiwa sehari – hari dalam bahasa atau
simbol matematika
d.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
e.
Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun
pertanyaan yang relevan
f.
Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan
definisi dan generalisasi
Dalam penelitian ini potensi komunikasi matematis yang
akan diungkap yaitu pada aspek representasinya. Representasi merupakan salah
satu aspek komunikasi matematis. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil
translasi dari suatu masalah atau ide ; translasi suatu diagaram atau model
fisik ke dalam simbol atau kata – kata (dalam http://idaweti.blogspot.com/2010/05/komunikasi-matematika.html). Selain
itu Ansari mengatakan bahwa representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep
atau ide dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan masalah.
Bansu Irianto Ansari menelaah kemampuan komunikasi
matematika dari aspek komunikasi tulisan (writing). Komunikasi tulisan
(writing) adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata
(vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan
gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah. Kemampuan ini diungkap
melalui representasi matematika.
Representasi matematika siswa diklasifikasikan dalam
tiga kategori: (a) pemunculan model konseptual, seperti gambar, diagram,tabel
dan grafik (aspek drawing); (b) membentuk model matematika (aspek mathematical
expression); dan (c) argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap
gambar dan konsep-konsep formal (aspek written texts).
Berkaitan dengan kategori representasi dalam
penelitian ini adalah :
a.
Argumentasi verbal yang didasari pada analisis
terhadap grafik.
Definisi grafik dalam kamus matematika adalah gambaran
yang menyatakan hubungan fungsi, misalnya grafik persamaan dengan dua peubah
dalam bidang merupakan lengkungan (kurva) yang memuat titik – titik dengan
koordinat yang memenuhi persamaan yang diberikan itu, dan hanya memuat titik
tersebut saja. Terkait dengan representasi grafik pada penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam menterjemahkan atau menjelaskan konsep atau ide yang
terdapat pada grafik. Berikut contoh representasi grafik di bawah ini :
Berdasarkan
grafik di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a)
Tentukan persamaan garis g
b)
Tentukan persamaan garis â„“
b.
Membentuk model matematika (aspek mathematical
expression) dan argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap tabel.
Tabel dalam
kamus matematika adalah suatu susunan bilangan atau huruf – huruf yang terurut,
biasanya dalam baris – baris dan kolom – kolom. Sehubungan dengan representasi
tabel pada penelitian ini adalah kemampuan siswa menjelaskan ide atau gagasan
yang tedapat pada tabel yang diberikan. Berikut contoh representasi tabel di
bawah ini :
|
Buku Tulis
|
Pensil
|
Jumlah Pembayaran (Rp)
|
Joko
|
5
|
2
|
2.700
|
Devi
|
3
|
4
|
2.600
|
Harga per
buah
|
...
|
...
|
...
|
Berdasarkan informasi atau data pada
tabel, siswa diharapkan mampu menceritakan maksud dari tabel.
c.
Pemunculan model konseptual yaitu grafik pada (aspek
drawing), membentuk model matematika (aspek mathematical expression) dan
argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap konsep – konsep formal
(aspek written texts).
Adapun yang dimaksud dalam soal
kontekstual dalam penelitian ini adalah soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas X SMA.
Berikut
contoh representasi soal kontekstual :
Dina berbelanja di toko buku, ia
membeli 2 buah buku tulis dan 1 buah pulpen. Untuk itu Dina harus membayar
sejumlah Rp 5000,00. Di toko buku yang sama Eni membeli 1 buah buku tulis dan 3
buah pulpen seharga Rp 5000,00.
a)
Buat model matematikanya
b)
Tentukan harga satuan dari buku tulis dan pulpen
c)
Gambarkan dalam bentuk grafik masalah di atas
3.
Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear
dua variabel adalah suatu persamaan linear yang terdiri dari dua persamaan
linear di mana variabel persamaan yang satu ada keterkaitan dengan variabel
persamaan lain.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dengan dua
peubah x dan y adalah :
dengan
adalah bilangan –
bilangan real.
Pasangan
disebut penyelesaian sistem persamaan linear itu dan
disebut himpunan
penyelesaian sistem persamaan linear dengan dua variabel.
Himpunan
penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear dengan dua peubah dapat
ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan :
i.
Metode grafik
Penyelesaian Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel menggunakan grafik dilakukan dengan memebaca (menaksir)
titik potong kedua garis pada bidangcartesius (jika memiliki titik potong).
Adapun cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara
grafik dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a.
Gambarlah garis dari masing – masing persamaan pada sebuah
bidang cartesius.
b.
Jika kedua garis tersebut berpotongan pada sebuah titik,
maka himpunan penyelesaiannya tepat memiliki sebuah anggota. Jika kedua garis
sejajar maka himpunan penyelesaiannya adalah kosong. Jika kedua garis berimpit
maka himpunan penyelesaiannya memilki anggota yang tak hingga banyaknya. Contoh
penyelesaian dengan menggunakan grafik adalah sebagai berikut :
Selesaikan sistem persamaan di
bawah ini :
Jawab :
Menggambar himpuanan penyelesaian
kedua persamaan :
Gambar garis
Menentukan titik potong garis
dengan sumbu x dan sumbu y.
Untuk x = 0
0 + y = 5
y = 5
Untuk y = 0
x + 0 = 5
x = 5
Jadi, garis
melalui titik (0,5)
dan titik (5,0).
Gambar garis
Menentukan titik potong garis
dengan sumbu x dan sumbu y.
Untuk x = 0
0 - y = 1
- y = 1
y = -1
Untuk y = 0
x - 0 = 1
x = 1
Jadi, garis
melalui titik (0,-1)
dan titik (1,0).
Membaca
(menaksir) titik potong kedua garis.
Membaca (menaksir)
titik potong kedua garis dilakukan dengan menarik garis potongnya ke sumbu x
dan sumbu y, yaitu dengan cara :
·
Tarik garis vertikal, ternyata garis ini berpotongan dengan
sumbu x, di x = 3
·
Tarik garis horizontal, ternyata garis ini berpotongan
dengan sumbu y, di y = 2.
·
Jadi, titiknya terletak pada koordinat (3,2) dan himpunan
penyelesaian adalah
.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa x = 3 dan y = 2
ii.
Metode Eliminasi
Menyelesaikan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel dengan cara eliminasi berarti menyelesaikan sistem
persamaan engan cara menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel
persamaan dengan terlebih dahulu menyamakan koefisien salah satu variabel
tersebut (bila belum sama) dan selanjutnya melakukan penjumlahan atau
pengurangan agar variabel yang akan dihilangkan bernilai nol. Contoh
penyelesaian dengan cara eliminasi adalah sebagai berikut :
Selesaikan sistem persamaan di
bawah ini :
Jawab :
Ø
Mengeliminasi variabel x
Ø
Mengeliminasi variabel y
Jadi,
iii.
Metode Subsitusi
Menyelesaikan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel dengan cara subsitusi berarti menyelesaikan persamaan
tersebut dengan mengganti suatu variabel oleh variabel yang lain.
Contoh penyelesaian dengan cara
subsitusi adalah sebagai berikut :
Tentukan himpunan penyelesaian
dari sistem persamaan :
Jawab :
·
...................(1)
·
Subsitusikan variabel
ke persamaan (2)
sehingga :
·
Subsitusikan variabel y ke persamaan (3) sehingga :
Jadi,
Cara – cara di atas
merupakan beberapa cara – cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel di sekolah.
H.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu
cara yang digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Namawi (2007:67),
“metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitiann (seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang
tampak atau sebagaimana mestinya.
Berdasarkan
pada pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu
cara pemecahan masalah dalam suatu penelitian berdasarkan pada kenyataan dan
kondisi aktual sebagaimana adanya yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
1.
Bentuk Penelitian
Dalam penelitian
terdapat bermacam – macam bentuk penelitian yang digunakan. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan metode deskriptif, sedangkan bentuk penelitiannya
adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau meghubungkan antara
variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan tujuan
penelitian yang akan mengungkap potensi komunikasi matematis siswa pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 7 Pontianak.
Maka bentuk penelitiannya adalah deskriptif dan datanya dianalisis secara
kualitatif.
2.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Pontianak tahun ajaran 2010/2011 yang
telah mempelajari materIi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
3.
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur
penelitian ini adalah :
a.
Melakukan studi pendahuluan
b.
Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi – kisi soal,
soal test yang berupa tes essai dan kunci jawaban.
c.
Mengelompokkan soal yang memuat komunikasi matematis dalam
bentuk representasi grafik, tabel dan soal kontekstual
d.
Melaksanakan tes
e.
Mengidentifikasi jawaban tes dan analisis data.
f.
Menyimpulkan hasil analisis
4.
Teknik dan Alat
Pengumpul Data
a.
Teknik Pengumpul
Data
Adapun teknik pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran. Pengukuran merupakan
suatu usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata
(achievement) dalam bidang tertentu (Nawawi, 2007: 133). Teknik pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini berupa soal matematika yang berkaitan dengan
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMA.
b.
Alat Pengumpul data
Tes
a)
Penulisan butir soal
Penyusunan soal tes
dilakukan dengan mengkaji kurikulum. Soal yang diberikan kepada siswa dalam
penelitian ini adalah soal tes berbentuk essai. Tes essai adalah tes yang
menghendaki testee (peserta tes) memberikan jawaban dalam bentuk atau
kalimat-kalimat yang disusun sendiri (Nawawi, 2005:126). Diberikannya tes
berupa essai karena diharapkan siswa dapat berpikir kreatif dalam pekerjaannya.
b)
Validasi soal
Dalam penelitian
ini, validitas tes yang diuji adalah validitas isi (content validity). Menurut Arikunto (1987: 67) sebuah tes dikatakan
memliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
soal memiliki validitas isi yang baik apabila dibuat berdasarkan tujuan
pembelajaran dan materinya mencakup apa yang telah diajarkan, hal ini
menjelaskan bahwa tes itu valid menurut kurikulum (Ruseffendi, 1994: 48). Untuk
keperluan penilaian validitas isi, kepada para penilai diberi seperangkat
instrument dan tabel spesifikasi. Selanjutnya para penilai diminta untuk
menyatakan penilaian validasi tiap butir soal beserta komentar dan saran.
c)
Uji coba
Setelah soal tes
divalidasi, kemudian diujicobakan kepada siswa yang mempunyai kemampuan setara
dengan siswa di sekolah tempat penelitian.
5.
Teknik Analisis
Data
Setelah data
diperoleh dengan alat pengumpul data, maka data tersebut akan diolah dan
dianalisis. Selanjutnya dari data tersebut akan diidentifikasi bagian – bagian
sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dua variabel.
Menurut Miles dan Huberman
diterapkan teknik analisis data melalui tiga alur, yaitu :
1.
Reduksi Data
Dalam penelitian
ini, reduksi data dilakukan dengan mengelompokkan hasil jawaban pada
representasi grafik, tabel dan soal kontekstual dalam tabel.
2.
Penyajian data
Penyajian data
yaitu mendeskripsikan data sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Dalam
penelitian ini data hasil tes kemampuan komunikasi matematis disajikan dalam
bentuk tabel.
3.
Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan
kesimpulan yaitu proses penyimpulan dari data yang telah dihasilkan sehingga
diperoleh pernyataan mengenai dampak aktivitas perlakuan. Penarikan kesimpulan
dilakukan untuk mencari jawaban akhir dari data yang disajikan. Kesimpulan
mengarah pada pengambilan keputusan dari masalah yang diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bina Aksara
Hollands, Roy. 1983. Kamus
Matematika. Jakarta : Erlangga
http://www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm
Marsigit. 2003. Pembelajaran Matematika Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Di SMK. FMIPA Universitas Yogyakarta
Nawawi, Hadari. 2007. Metode
Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gajah Mada University Press
Siswanto. 2005. Matematika Inovatif 1. Solo : PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Sugiyono. 2007. Statistika
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumarmo, Utari. 2006. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika
Pada Siswa Sekolah Menengah. FPMIPA UPI